Translate

18/08/13

Nama                                      : Adi Sih Nugroho
NIM                                        : 01110010
Tugas                                       : Makalah Akhir Semester
Mata Kuliah                            : Pendidikan Kristiani Spiritualitas
Dosen Pengampu                    : Pdt. Tabita Kartika Christiani , M.Th , Ph.D

Pentingnya Latihan Pengambilan Keputusan di Kalangan Pemuda Kristen dengan Aplikasi Pendekatan Pertumbuhan Spiritual
Pengambilan keputusan, pasti merupakan sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan kita. Karena apa yang disebut dengan hidup, erat kaitannya dengan apa yang disebut dengan keputusan. Seseorang tak bisa dengan gampangnya secara langsung menjadi trampil dalam mengambil keputusan.  Dalam sebuah keputusan perlu adanya suatu proses, dan dalam proses itulah terjadi apa yang disebut dengan “berlatih”. Karena suatu pengambilan keputusan baik yang besar maupun kecil memiliki dampak dan resiko masing-masing, maka itu perlu  adanya hal yang disebut latihan. Dalam Latihan ini, sebenarnya yang ingin dicapai bukan hanya pencapaian dalam hal keputusan, namun juga pelatihan untuk tanggung jawab akan apa yang diputuskan oleh seseorang itu.  Hal ini dimaksudkan agar ketika mendapati resiko atau hal-hal yang mungkin ak diinginkan berkaitan dengan keputusan yang ia ambil, orang tersebut mampu bertanggung jawab.
Mengambil keputusan juga bukanlah hal yang remeh dan dapat dilakukan begitu saja tanpa satu atau dua pertimbangan, membuat pertimbangan yang mantap ini juga merupakan hasil yang diharapkan dari sebuah latihan pengambilan keputusan ini. Dalam penulisan paper ini, penulis tertarik untuk menerapkan latihan pengambilan keputusan ini pada mereka yang berada di usia muda. Seorang pemuda (kaum muda) dengan umur terbentang dari antara 15 hingga 24 ada dalam tahap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional , sosial, moral, serta religius [1].
Nah dalam tahap berkembang inilah sudah selayaknya mereka- mereka yang ada di usia muda ini mendapat pengarahan yang baik, mengingat posisinya yang masih ada dalam taraf berkembang, jangan sampai jika proses beerkembang ini terhambat oleh hal-hal yang berkaitan dengan keputusan, pun yang dilatarbelakangi dengan ketidak hati-hatian dalam mengambil keputusan, hingga membuat mereka menyesal akan apa yang mereka putuskan. Selain diharapkan bahwa pemuda bisa menjadi trampil, hal lain yang diharapkan bisa terjadi dalam diri pemuda adalah sebuah pertumbuhan dalam sisi spiritualitas. Di mana spiritualitas juga harus dibangun untuk mengembangkan dan menyeimbangkan kestabilan keadaan jiwa, emosional, juga perasaan. Dalam buku Mapping Christian Education bahkan disebutkan bahwa dalam membangun  spiritualitas dan seseorang diharapkan  adanya suatu transformasi dalam hidupnya,[2] agar suatu transformasi benar-benar terjadi ada hal-hal mendasar lain yang juga harus diperhatikan dalam diri kaum muda sebelum melakukan latihan pengambilan keputusan.
Masa muda yang adalah masa mencari identitas, rentan membuat kaum muda getol dalam mencari citra dirinya. Bahkan tak jarang karena suatu identitas yang diinginkan, pemuda tersebut mengambil sebuah keputusan. Namun yang patut dipertanyakan di sini adalah , bahwa apakah keputusan yang didasari dengan rasa ingin akan suatu identitas adalah keputusan yang “baik” ?
Dalam mendapatkan identitas, orang muda menerima tanggung jawab atas dirinya sendiri, dan atas keputusan sendiri dalam bidang bidang hidup tertentu mereka mampu mengambil tanggung jawab terhadap keputusan pribadi , dan terhadap keterlibatan mereka bagi orang lain dan masyarakat.[3]

Upaya Pengenalan akan Identitas sebelum melangkah pada Latihan  pengambilan keputusan.
Identitas, di mana merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia sendiri, tentu perlu dikenali bahkan dicari sejak muda. Dalam rangka pencarian identitas ini banyak pula hal yang mungkin saja terjadi termasuk tindakan-tindakan negatif yang mungkin saja dilakukan oleh para pencari identitas di usia dini. Misalnya saja tawuran-tawuran yang terjadi di tingkat pelajar SMA yang tak jarang hal ini dicurigai sebagai ajang untuk mencari identitas atau bahkan mempertahankan Identitas kelompok, gank atau golongan bermainnya.
Pemuda Kristen, tentu bukanlah pemuda-pemuda yang bebas dan lepas dari permasalahan pencarian identitas ini dan apa saja yang mungkin saja ia lakukan dibaliknya. Mungkin jika suatu pembinaan yang berkenaan dengan masalah pencarian  identitas diberikan oleh gereja bisa sedikit menolong, namun nyatanya ini pun bukanlah suatu jaminan. Pencarian identitas tidak semata-mata hanya berpusat pada identitas yang dicari. Melainkan, pencarian identitas justru disertai dengan permasalahan krisis identitas dan hal ini pun tak luput dari masing-masing orang termasuk pemuda. Permasalahan krisis identitas jarang terjadi tanpa perjuangan batin. Psikolog James Marcia dalam buku Spiritualitas kaum muda bahkan pernah melakukan penelitian dan mempelajari pencapaian identitas berdasarkan kriteria krisis dan keterlibatan. Pada waktu mengalami Krisis, orang muda meninjau kembali pandangan, dan tingkah laku mereka. Menyelidiki berbagai pilihan hidup, dan membuat berbagai macam pilihan di bidang mendasar, misalnya agama, profesi, bahkan hubungan pribadi[4]
Dalam hal menyadaridari identitasnya sendiri ini, sebenarnya kaum muda sedang berada di tahap pra latihan ( atau mungkin bisa disebut mencoba sebelum latihan), karena tanpa kita sadari atau tidak, dalam memutuskan untuk berubah atau tidak dari apa yang dilihat dan dirasakan itu pun, sudah terjadi suatu discerment (pengambilan keputusan) di mana pemuda mau berubah atau tidak dari apa yang dikritisi dari dalam dirinya sendiri yang bahkan mungkin juga terkait dengan relasinya dengan orang-orang disekitarnya.
Senada dengan apa yang diungkapkan di dalam buku spiritualitas kaum muda mengenai adanya pergolakan batin pun dalam mencari dentitas juga mengatasi krisis identitas, Paul Suparno S.J dalam bukunya yang berjudul Discerment juga menyatakan bahwa selain adanya pengolahan data dan mengembangkan pikiran, perlu juga adanya pengasahan batin dalam salah satu sikap yang diperlukan dalam discernment. Pengasahan batin ini tentu membawa pengambil discernment pada satu titik, yakni pergolakan batin. [5]
Dalam buku personal Vacation , Herbert Alphonso SJ, bahkan menyatakan bahwa Pengalaman adalah hal yang Istimewa dalam kaitannya dalam sebuah peziarahan hidup pribadi. Di mana pengalamanlah yang mengajarkan seseorang untuk berkaca di kehidupannya mendatang [6] ini artinya, dapat disimpulkan bahwa masa pencarian identitas ini juga memberi sebuah pengalaman dalam diri kaum muda.  Harapannya memang setelah sadar akan identitasnya (kenal), dalam bertindak, kaum muda bisa lebih hati hati dan berpatokan pada kondisi identitasnya, maksudnya ialah ada rambu-rambu yang diwaspadai misalnya terkait dengan kondisi emosional, yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

Memulai Latihan Pengambilan Keputusan  dengan Hal-hal  yang Sederhana
Sebuah cerpen yang berkaitan dengan keputusan menginspirasi penulis dalam hal memikirkan apa yang perlu dilakukan dalam sebuah latihan pengambilan keputusan di tahap awal. Cerpen yang berjudul “Mengambang” yang tergabung dalam buku “Bagaimana Aku Mengambil Keputusan” di mana dalam cerpen itu sedikit  banyak berbicara mengenai keputusan kecil. Diantaranya : Kita dapat mengamati keputusan-keputusan kecil yang kita buat, dan dengan demikian melihat bagaimana agar kita dapat lebih banyak mengendalikan diri dari pada dikendalikan. Di sini juga dikatakan bahwa hal yang membuat keputusan-keputusan kecil menjadi begitu penting adalah karena keputusan-keputusan kecil secara akan membentuk pola kehidupan[7].
Dengan demikian nampak bahwa keputusan-keputusan yang kadang dibilang kecil atau bahkan remeh, secara tidak langsung berpengaruh pada pembentukan pola pikir. Pola pikir inilah yang semakin hari dan semakin lama akan berpengaruh pada proses penentuan keputusan selanjutnya. Dengan demikian alangkah lebih baiknya jika pencegahan agar pemuda tidak gegabah dalam mengambil keputusan segera dilakukan.  Pengambilan keputusan dari hal yang sederhana ini harapannya juga mulai mengarahkan pemuda (yang adalah “sang pengambil keputusan” untuk dapat mengkonfirmasi dirinya, maksudnya adalah menerima keadaan atau bahkan keberadaan dirinya dalam mengambil keputusan. Karena sebenarnya konfirmasi diri adalah hal yang penting karena ia berkaitan pula dengan elemen-elemen pengalaman yang dimiliki dalam sebuah peziarahan hidup pribadi, juga dalam pengambilan keputusan[8]

Aplikasi Pendekatan Pertumbuhan Spiritual dalam Latihan Pengambilan Keputusan.
Suatu keputusan yang diambil, baik yang diambil oleh seseorang maupun kelompok. Tentu berpengaruh pada kehidupan dan pertumbuhan Spiritualitasnya. Karena dalam latihan pengambilan keputusan pasti ada suatu pergolakan batin. Hal ini juga mungkin terjadi dalam sebuah latihan pengambilan keputusan. Karena tujuan yang terkandung dari berlatih, apabila kegiatan berlatih tersebut dijalani dengan serius, adalah: agar pelatihan tersebut benar-benar bisa menjadi bekal. Sharing atau berbagi pengalaman sebenarnya adalah cara yang efektif untuk membantu mengarahkan seseorang yang ingin melakukan pengambilan keputusan. Karena setidaknya dengan berbagi, beban seseorang bisa sedikit berkurang. Mengapa penulis  di sini mengatakan beban? Karena bisa saja sebuah keputusan yang sedang dipikirkan menjadi beban bagi seseorang yang memikirkan. Dan lagi-lagi, di saat seseorang berinteraksi dan mencoba mendengar dan memberi masukan antara satu sama lain sedang terjadi pertumbuhan spiritualitas dalam keduanya.
Penerapan pendekatan pertumbuhan spiritual kaitannya dalam hal latihan mengambil keputusan ini setidaknya perlu adanya komunitas kecil. Nah dalam sebuah komunitas kecil inilah,masing-masing pribadi bisa saling berbagi dan kemudian saling menguatkan. Dalam proses saling menguatkan inilah sebenarnya sedang terjadi proses pengambilan keputusan, bahkan bisa keputusan pribadi ataupun juga keputusan bersama.
Dalam prosesnya, discernment yang ada dalam latihan pengambilan keputusan untuk kaum muda dengan pendekatan pertumbuhan spiritual ini nampaknya hampir mirip langkah-langkahnya dengan discernment bersama yakni, discernment yang sebenarnya merupakan discernment seseorang yang dibantu oleh kelompok dan di mana keputusan terrakhir ada di tangan individu yang meminta bantuan tadi[9]
Bedanya adalah : Karena ini bentuk dan sifatnya adalah latihan. Maka yang dibutuhkan adalah suatu proses yang bertahap. Jadi tidak hanya selesai , kemudian seseorang mengambil keputusan berdasarkan masukan dari teman temannya , lalu seseorang tersebut bersyukur kepada Tuhan[10] Namun lebih ke arah bagaimana keputusan yang ada ini tak hanya membangun satu orang atas masukan banyak orang, tetapi dapat membangun satu sama lain dalam sebuah komunitas di mana dari situlah spiritualitas bertumbuh secara perlahan. Tentu saja hal ini bisa kita terapkan dalam membuat latihan bagi para pemuda mengingat di usia muda lah yakni bertaut antara 15-hingga 24 tahun, pemuda sedang mengalami masa di mana mereka sedang asik dengan kegiatan-kegiatan berkumpul dengan teman-teman, dan alangkah lebih baiknya jika acara berkumpul ini menjadi acara yang tak sekedar berkumpul namun ada suatu manfaat dalam perkumpulan itu. Hal semacam ini sebenarnya justru membantu menghindarkan pemuda dari apa yang disebut dengan krisis iman, dan juga membantu menanggulangi krisis identitas yang terjadi dalam diri kaum muda.
Kemampuan Kognitif yang berkembang dalam dalam kaum muda, memang bertautan dengan  masalah-masalah perkembangan-perkembangan yang lainseperti misalnya identitas diri dan hal inilah yang juga menjadi pengaruh dari timbulnya krisis iman di kalangan kaum muda.[11]
Kembali pada pembentukan komunitas kecil, yang sedari tadi telah diusulkan oleh penulis, dalam latihan pengambilan keputusan. Terkait dengan masalah metode, mungkin pembentukan kelompok-kelompok kecil ( yang dapat menjadi sahabat dalam sharing) antara satu sama lain dapat membantu, mungkin jika konteksnya ada di dalam gereja hal ini dapat dilakukan dengan cara menyisipkan pelatihan dalam sebuah materi Kebaktian Pemuda dan mungkin dibuat berseri. Atau jika mau membuat metode KTB (kelompok tumbuh bersama) juga nampaknya cocok , dan tentu dengan memperhatikan aspek pertumbuhan spiritualitas para pemuda. Latihan pengambilan keputusan ini memang lebih efektif dilakukan dalam suatu komunitas agar dari antara mereka bisa saling mengingatkan. Selain bisa saling mengingatkan, hal in juga membuat mereka  bisa memiliki semangat untuk berlatih memikirkan apa yamg mereka putuskan akan lebih kuat apabila dilaksanakan secara bersama-sama
latihan mengambil keputusan, harapannya bisa dilakukan tidak hanya dalam komunitas tersebut, namun juga ketika pemuda berdiri sendiri sebagai dirinya, yang harus memutuskan sesuatu untuk dirinya, oleh dirinya dan juga bagi dirinya. Latihan pengambilan kepurusan yang dilakukan dengan cermat tentu akan membantu bagi pemuda (tak hanya dalam hal memutuskan sesuatu) namun juga untuk melatih diri mereka menjadi bijaksana sejak muda. Karena dengan bersikap bijaksana, tentu mereka tak akan gegabah dalam memutuskan sesuatu, dan dalam kebijaksanaan pasti terpola juga spiritualitas yang bertumbuh.
Sesuatu yang ungkin dinilai sulit, kecenderungannya akan tetap sulit apabila tidak dibiasakan. Nah pembiasaan juga termasuk dalam hal sikap berfikir kritis dan cermat dalam mengambil keputusan. Ketika nilai-nilai kebijaksanaan,kecermatan maupun ketelitian dalam mengambil keputusan sudah tertanam dalam diri pemuda, maka niscahya ia akan menjadi pemuda yang berkarakter. Karakter yang kuat dan  diiringi Spiritualitas yang bertumbuh, pasti menjadi bekal yang terus berguna bagi hidup kita di masa tua. Hingga pemuda boleh menjadi sosok yang bertumbuh dewasa,dan kelak di masa tua dapat memiliki pola pikir yang matang dalam mengambil keputusan diiringi dengan bertumbuhnya sisi spiritualnya

Daftar Pustaka
-          Shelton Charles M.SJ  , Spiritualitas Kaum Muda1987 .Yogyakarta : Kanisius

-          Seymour, Jack L. Mapping Christian Education. 1997. Nashville: Abingdon Press
-          Paul Suparno SJ, Discernment 2009 .Yogyakarta : Kanisius 
-          Herbert Alphonso , SJ ,The Personal  Vacation. 1990 . Rome: Centrum Ignatianum Spiritualitatis
-          Larry Richards , Bagaimana Aku Mengambil Keputusan. 1986 Jakarta : BPK Gunung Mulia




[1] Shelton Charles M.SJ  , Spiritualitas Kaum Muda, Bagaimana mengenal dan mengembangkannya , Perkembangan Kognitif Yogyakarta Kanisius 1987 p 9


[2]Jack L Seymour , Mapping Christian Education ,Educating Person,Nashville,Abingdon Press p 94 Mapping 59
[3]Shelton Charles M.SJ  , Spiritualitas Kaum Muda, Bagaimana mengenal dan mengembangkannya , Perkembangan Kognitif Yogyakarta Kanisius 1987p 76
[4]Ibid p 76
[5]Paul Suparno , SJ , Discernment ,Panduan Mengambil Keputusan. Yogyakarta Kanisius 2009 p 41
[6]Herbert Alphonso , SJ , The Personal  Vacation, Transformation in Depth through the spiritual Exercise , Discerntmen , Rome , Centrum Ignatianum Spiritualitatis 1990 p 39

[7]Larry Richards , Bagaimana Aku Mengambil Keputusan , Mengambang . Jakarta, BPK Gunung Mulia 1986 p 4
[8]Herbert Alphonso , SJ , The Personal  Vacation, Transformation in Depth through the spiritual Exercise , Discerntmen , Rome , Centrum Ignatianum Spiritualitatis 1990 p 42
[9]Paul Suparno , SJ , Discernment ,Panduan Mengambil Keputusan. Yogyakarta Kanisius 2009 p 81

[10]Ibid p 84
[11]Shelton Charles M.SJ  , Spiritualitas Kaum Muda, Bagaimana mengenal dan mengembangkannya , Perkembangan Kognitif Yogyakarta Kanisius 1987 p 18